Wednesday 10 December 2014

Terkuak CIA siksa tahanan teroris pakai bor listrik


Penyiksaan terhadap ratusan tersangka Al Qaidah yang dilakukan oleh Dinas Intelijen Luar Negeri (CIA) Amerika Serikat terbukti brutal dan tidak efisien. Hal ini terungkap lewat laporan mendalam Pansus dari Senat, seperti dilansir dari stasiun televisi Channel News Asia, Selasa (9/12).

"CIA juga menyesatkan Gedung Putih dan Kongres dengan klaim yang tidak akurat mengenai kegunaan program interogasi yang digunakan untuk menggagalkan serangan teror. Temuan ini yang menghidupkan kembali perdebatan tentang teknik interogasi," merujuk keterangan tertulis Senat Komite Intelijen.

Presiden AS Barack Hussein Obama, dalam jumpa pers terpisah, mengakui laporan rinci 500 lembar tersebut membuktikan tindakan intelijen sangat brutal. Kendati demikian, dia berupaya membela kelakuan CIA yang niatnya berjuang melawan terorisme.

"Ada banyak orang yang bekerja keras usai peristiwa 9/11 untuk membuat kita semua tetap aman. Meski dalam situasi bahaya yang tidak kita ketahui," kata Obama.

Seorang agen CIA memutar amunisi pistol buat mengancam dan mengintimidasi tahanan. Cara lainnya semisal mengancam akan menggunakan bor listrik disertai ancaman sodomi. Semua hal ini dipakai selama interogasi.

Para tahanan juga dipermalukan dengan hal yang menyakitkan dalam kegiatan medis. Salah satu tahanan bahkan hingga meregang nyawa karena hipotermia saat di belenggu, beberapa juga mengalami patah kaki lantaran hal serupa.

"Saya tidak melihat adanya kesalahan atau kebrutalan disini. Justru, 'kesalahan' itu membantu menggagalkan serangan, menangkap teroris dan juga menyelamatkan nyawa. Kami sudah melakukan hal ini sejak Presiden George Walker Bush," kata Direktur CIA, John Brennan, membela diri.

Telah beredar luas rekaman interogasi CIA terhadap tersangka Al Qaidah pada bulan Agustus lalu yang brutal, sehingga memicu penyidikan oleh Senat. Belum diketahui, apakah pemerintah Negeri Paman Sam bakal mengubah metode interogasi tahanan berlatar terorisme setelah dokumen ini terkuak.

No comments:

Post a Comment