Wednesday 10 December 2014

Inspirasi: Wanita Berhati Malaikat Itu Kupanggil Ibu


Sejujurnya aku belum pernah melihat sosok malaikat yang benar-benar nyata. Terkadang aku meragukan gambaran malaikat yang berbalut baju putih dengan sepasang sayap layaknya sayap burung merpati. Aku juga tak tahu pasti apakah malaikat memiliki cahaya yang bersinar terang di tubuhnya. Tapi satu yang kutahu, aku sudah memiliki satu sosok malaikat dalam hidupku, ia kupanggil Ibu.

Di tangannya, aku pertama kali bisa merasakan sentuhan cinta. Dalam setiap hembusan napasnya, ada doa untuk anak-anaknya. Aroma tubuhnya selalu menjadi penenang jiwaku. Melalui sosoknya, aku bisa belajar tentang perjuangan dan kehidupan. 

Ia wanita yang sangat istimewa dan spesial. Beruntung akhirnya aku dilahirkan dari rahim seorang wanita kuat sepertinya. Kusadari banyak sekali hal yang sudah ia korbankan. Semua demi keluarga dan kebahagiaan anak-anaknya.

Satu rutinitas ibu yang belum pernah bisa kuikuti secara konsisten adalah bangun pagi sebelum subuh. Setiap pagi, ia akan bangun lebih dahulu, lalu mulai mencuci semua baju kotor. Setelah shalat Subuh dan menyiapkan sarapan, baru ia sempatkan diri untuk istirahat sebentar sebelum mulai berbelanja. Darinya aku belajar arti berkorban dan mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri. Darinya, aku bisa selalu belajar untuk menjadi seorang wanita dewasa. 

Ibu memang bukanlah wanita sempurna yang bisa segala-galanya. Tapi ia tetap menjadi sosok yang akan selalu menyempurnakan hidupku. Setiap kali air matanya menetes, ada sayatan pedih di dalam dada. Tak tega rasanya jika melihatnya kelelahan atau jatuh sakit. Dan tak terbayangkan jika suatu hari nanti aku berpisah darinya.

Cinta seorang ibu kepada anaknya itu luas tak bertepi. Jika cintanya seluas samudera untuk kita, cinta kita padanya mungkin hanya satu tetes airnya saja. Aku belum tahu rasanya menjadi seorang ibu, tapi aku tahu menjadi ibu bukanlah pekerjaan mudah. Peran seorang ibu itu berlipat ganda, berlapis-lapis banyaknya. 

Seorang sahabat pernah bercerita padaku betapa ia "iri" dengan ibu yang kumiliki. Ia bilang bahwa aku beruntung ibu selalu ada saat aku masih kecil dulu. Sementara dirinya dulu harus sudah bisa benar-benar mandiri di usia belianya karena sang ibu sibuk bekerja. Perhatian dan kasih sayang ibu saat ia masih kecil dulu belum didapatkan sepenuhnya. "Itulah kenapa aku nanti ingin jadi ibu rumah tangga," katanya padaku. 

Sungguh aku menaruh salut pada setiap wanita yang mendedikasikan dirinya untuk menjadi seorang ibu sejati. Bahkan ada yang rela meninggalkan karier cemerlang demi bisa selalu mendampingi anaknya tumbuh dewasa. Salut juga untuk setiap wanita karier yang selalu bisa membagi waktunya untuk keluarga dan pekerjaan. Ah, setiap ibu di dunia ini memang istimewa.

Aku memang tak bisa memilih minta dilahirkan dari rahim siapa. Tapi aku sangat bersyukur karena aku masih bisa mencium tangan ibu setiap pagi sebelum berangkat kerja. Aku sangat bahagia masih bisa menikmati sajian sarapan dan makanan buatannya. Ibu, aku akan selalu mendoakanmu, semoga ibu selalu sehat dan bahagia.

No comments:

Post a Comment