Wednesday 25 March 2015

NASA Ingin Bangun 'Negeri di Atas Awan' Venus


  Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) hingga ISRO milik India ramai-ramai mengirimkan satelit, para astronot berani mati dipersiapkan untuk menjalankan misi sekali jalan, robot penjelajah Curiosity dikirim ke permukaannya untuk mencari tanda-tanda kehidupan di sana -- kalau bisa -- menemukan alien. Mars kini menjadi primadona tujuan penjelajahan angkasa luar.

Sebagai tetangga dekat Bumi dan kemiripannya dengan tempat tinggal manusia, Planet Merah adalah destinasi terbaik penjelajahan manusia ke angkasa luar. Namun, dari sisi jarak, ia bukan kandidat terbaik.

Tetangga Bumi lainnya, Venus berada lebih dekat, antara 38 juta hingga 261 kilometer. Sementara, Mars berada di 56 juta sampai 401 kilometer.

Ukuran Venus pun hampir sama dengan Bumi, juga punya kepadatan dan komposisi kimia yang nyaris serupa. Namun, mengapa planet yang mengambil nama dari Dewi Cinta itu tak jadi prioritas ekspedisi manusia?

Ternyata tak mudah mencapai daratan Venus. Satelit-satelit bikinan manusia yang dikirim ke permukaannya, paling lama bertahan hanya 2 jam, sebelum binasa akibat kerasnya kondisi di planet tersebut.

Kondisi yang keras itu termasuk tekanan atmosfer yang mencapai 92 kali lebih besar dari Bumi, suhu udara yang mencapai 462 derajat Celcius, aktivitas vulkanik yang kelewat ganas, kepadatan ekstrem atmosfernya yang sebagian besar terdiri dari karbondioksida, sedikit nitrogen, dan lapisan awan yang terbuat dari asam sulfat.

Untuk mengatasi kondisi ekstrem itu, NASA memutar otak dan akhirnya menemukan cara yang memungkinkan manusia memeriksa Venus secara dekat. Yakni, membangun kota yang mengambang di langitnya. Sebuah 'negeri' di atas lapisan awan asam sulfat yang sangat reflektif -- yang membuat permukaan planet itu tidak dapat dilihat jelas dari luar angkasa.

Para ilmuwan dari Direktorat Analisis Sistem dan Konsep atau Systems Analysis and Concepts Directorate di NASA Langley Research Center merancang sebuah konsep pesawat luar angkasa yang disebut The High Altitude Venus Operational Concept  (HAVOC) untuk digunakan dalam misi ke Venus.

Seperti di kutip dari CNET, Senin (22/12/2014), roket yang lebih ringan dari udara tersebut didesain untuk melayang di atas awan yang menyelubungi Venus selama jangka waktu 30 hari, yang memungkinkan tim astronot untuk mengumpulkan data tentang atmosfer planet tersebut.

Tak seperti di permukaan Venus yang akan mematikan manusia, dengan melayang di atas awan, di ketinggian 50 kilometer, kondisi yang dialami di sana serupa dengan Bumi -- di mana tekanan atmosfer nyaris sama dan gravitasi yang hanya sedikit lebih rendah dari planet kita. Kondisi tersebut memungkinkan astronot tinggal relatif lama, juga secara efektif menghilangkan efek samping yang kerap terjadi selama tinggal dalam waktu lama di kondisi nol gravitasi.

Temperatur di ketinggian itu berkisar 75 derajat Celcius, yang jauh lebih panas dari Bumi, namun masih bisa dikendalikan. Berada di atmosfer Venus pada ketinggian tersebut juga menawarkan perlindungan dari radiasi Matahari.

1 comment:

  1. Wisata Jawa memang sangat menarik, banyak objek wisata yg dapat kita nikmati karena indonesia adalah negeri diatas awan seperti dataran tinggi dieng Wonosobo

    ReplyDelete